|
First Party Data Jadi Raja, Gimana Brand Harus Adaptasi?
First Party di era pasca cookie dan makin ketatnya regulasi privasi digital, satu jenis data makin bersinar dan dianggap sebagai “raja” dalam strategi pemasaran digital first party data. Brand tidak bisa lagi hanya mengandalkan third-party data dari platform iklan atau aggregator. Sekarang, mengumpulkan dan mengelola data langsung dari audiens sendiri menjadi kunci sukses.
Lalu, apa itu first party data dan bagaimana brand harus menyesuaikan diri?
A. | Apa Itu First party Data
First party data adalah data yang dikumpulkan langsung oleh brand dari interaksi pengguna dengan platform milik brand sendiri. Contohnya:
- Data pengunjung website (melalui pixel tracking atau analytics)
- Alamat email dan nomor HP dari formulir pendaftaran
- Riwayat transaksi dan preferensi produk
- Aktivitas pelanggan di aplikasi atau loyalty program
- Respons kampanye email, SMS, atau WhatsApp
Berbeda dengan third-party data yang dibeli dari pihak ketiga, first party data lebih akurat, relevan, dan diperoleh secara legal (selama mendapat persetujuan pengguna).
B. | Kenapa First party Data Sekarang Jadi Raja?
1. Akhir Era Third Party Cookies
|Google Chrome akan menghentikan dukungan cookie pihak ketiga secara penuh di 2025. Safari dan Firefox sudah lebih dulu melakukannya. Artinya, kemampuan brand untuk tracking perilaku user lintas website akan makin terbatas.
2. Privasi Data Semakin Ketat
Regulasi seperti GDPR (Eropa) dan UU PDP (Indonesia) mengharuskan brand lebih transparan dalam mengumpulkan dan memproses data konsumen. First party data yang dikumpulkan dengan izin pengguna menjadi cara paling aman dan legal.
3. Data Lebih Akurat dan Personal
Karena berasal langsung dari interaksi user dengan brand, data ini mencerminkan perilaku dan preferensi yang benar-benar terjadi. Ini memungkinkan brand menyusun kampanye yang sangat personal.
4. Cost-Efficient
Menggunakan data sendiri mengurangi ketergantungan pada platform pihak ketiga, yang biasanya mengenakan biaya tambahan untuk penargetan iklan.
C. | Cara Brand Beradaptasi dengan Era First party Data
Agar tidak tertinggal, brand perlu segera melakukan langkah strategis berikut:
1. Bangun Infrastruktur Pengumpulan Data
Investasi di tools seperti CRM (Customer Relationship Management), Customer Data Platform (CDP), dan pixel tracking wajib dilakukan. Dengan sistem ini, brand bisa mulai mengumpulkan, menyimpan, dan mengolah data pelanggan sendiri secara sistematis.
2. Optimalkan Channel First Party
Gunakan media yang memberi kontrol penuh pada brand seperti:
- Email Marketing: Bangun database email dan segmentasi subscriber.
- WhatsApp Business API: Kirim pesan promosi, notifikasi, dan customer support langsung ke ponsel pelanggan.
- SMS Blast & LBA (Location-Based Advertising): Kirim promosi berbasis lokasi dengan konversi tinggi.
- Website & Aplikasi: Gunakan tracking tools untuk memahami perilaku user dan menawarkan personalisasi.
3. Berikan Alasan untuk Berbagi Data
User tidak akan sembarangan memberi data. Maka brand harus memberikan insentif atau value:
- Konten eksklusif
- Diskon khusus subscriber
- Program loyalitas
- Giveaway atau undian
Pastikan proses pendaftaran dibuat sederhana dan transparan.
4. Gunakan Data untuk Personalisasi
Data yang terkumpul harus diolah menjadi insight. Misalnya:
- Kirim rekomendasi produk berbasis riwayat pembelian
- Kirim promosi berdasarkan lokasi atau waktu favorit user
- Tampilkan konten website yang disesuaikan dengan preferensi pelanggan
Personalisasi ini membuat user merasa diperhatikan, meningkatkan keterlibatan dan konversi.
D. | Studi Kasus Sukses: Brand Lokal Pakai WhatsApp &
TikTok + First party Data
Salah satu UMKM fashion lokal memanfaatkan WhatsApp LBA untuk menjangkau pelanggan yang pernah mengunjungi toko fisiknya. Dengan database nomor pelanggan yang sudah izin di awal, mereka mengirimkan katalog baru + promo lewat WhatsApp. Open rate tembus 85%.
Lalu, mereka remarketing ke pelanggan tersebut via TikTok Ads (menggunakan data dari form landing page). Hasilnya? Penjualan naik 120% dalam 2 minggu kampanye.
E. | Data Sendiri Adalah Aset
Di tengah krisis kepercayaan digital, first party data memberikan brand kekuatan kontrol, akurasi, dan legalitas. Namun, pengumpulan saja tidak cukup. Brand harus mengubah data tersebut menjadi strategi personalisasi yang bisa dirasakan langsung oleh konsumen.
Saat brand lain panik karena kehilangan third-party data, kamu bisa jadi yang terdepan karena sudah punya aset berharga data pelanggan yang loyal dan siap ditindaklanjuti. (*)