|
AI Mendominasi Pembelian Iklan Digital Segera, Suka atau Tidak
AI mendominasi pembelian iklan digital segera. Dikutip dari The Wall Street Journal, CEO Meta, Mark Zuckerberg, semakin fokus pada strategi berbasis kecerdasan buatan (AI). Baru-baru ini, perusahaan memperbarui alat AI untuk pengiklan guna mengotomatiskan hampir setiap langkah dalam kampanye iklan digital.
Namun, meskipun alat ini menjanjikan efisiensi, banyak pengiklan masih menghadapi dilema antara kemudahan dan kehilangan kendali atas strategi pemasaran mereka.
A. Bagaimana AI Bekerja dalam Pembelian Iklan?
Teknologi AI dalam periklanan memungkinkan pengiklan hanya perlu memasukkan parameter kampanye, seperti batas anggaran dan tujuan penjualan, lalu algoritma yang akan menentukan di mana iklan ditampilkan, siapa targetnya, dan bahkan bagaimana bentuknya.
Namun, pengiklan sering tidak mengetahui secara pasti keputusan apa yang dibuat oleh AI. Mereka cukup menekan tombol untuk menjalankan kampanye, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol proses di balik layar.
Google dan Meta merupakan pionir dalam teknologi ini, diikuti oleh TikTok, Amazon, dan Pinterest, yang telah meluncurkan alat serupa dalam setahun terakhir.
Menurut Karsten Weide, seorang konsultan teknologi periklanan, alat AI ini sangat membantu bisnis kecil dan menengah, yang sering kali tidak memiliki keahlian untuk mengembangkan kampanye iklan digital yang kompleks.
Sebagai contoh, merek pakaian dalam Saxx kini mengalokasikan 20% hingga 30% dari anggaran iklan Meta mereka ke alat AI Meta.
B. Keuntungan vs. Kekhawatiran: Apakah AI Membantu atau
Justru Membatasi?
Bagi banyak pemasar, kurangnya kontrol dalam penggunaan AI cukup mengkhawatirkan.
- Kurangnya Transparansi
Beberapa pengiklan menyebut alat AI sebagai “kotak hitam”, karena mereka tidak bisa melihat bagaimana algoritma bekerja. Dalam banyak kasus, mereka tidak bisa:
✅ Memastikan siapa yang melihat iklan mereka
✅ Memilih platform atau situs tertentu untuk menampilkan iklan
✅ Mengontrol tampilan akhir iklan - AI Bisa Mengorbankan Target Audiens
Nicole Fisch, VP Senior di merek bayi Lalo, menggunakan kampanye AI berbasis Google Performance Max untuk iklan mereka. Namun, meskipun laporan menunjukkan ROI yang lebih tinggi dibandingkan iklan non-AI, mereka tidak bisa memastikan apakah iklan mereka benar-benar menjangkau orang tua dengan selera desain yang spesifik, yang merupakan target utama mereka. - Efisiensi vs. Kontrol
Ben Hovaness, Chief Media Officer di firma periklanan OMD menyatakan bahwa pada tahun 2030, lebih dari 80% pembelian media digital akan dikendalikan oleh AI. Namun, beberapa klien OMD menolak menggunakan AI karena tidak dapat mengontrol di mana iklan mereka akan ditampilkan, terutama bagi industri dengan batasan ketat, seperti alkohol. - Kesulitan dalam Personalisasi
Dalam sistem Meta Advantage+, pengiklan bisa memilih tema umum seperti “baseball,” tetapi tidak bisa memastikan bahwa iklan mereka hanya ditampilkan kepada penggemar baseball yang sebenarnya. Selain itu, mereka juga tidak bisa menentukan platform Meta mana (Instagram, Facebook, dll.) yang akan digunakan.
C. Apakah AI Mendominasi Pembelian Iklan Digital Berarti
Lebih Banyak Penjualan?
Terlepas dari tantangan yang ada, banyak merek tetap menggunakan alat AI ini karena efektivitasnya dalam meningkatkan konversi penjualan.
- Event Tickets Center, misalnya, melaporkan bahwa kampanye Performance Max dari Google menghasilkan lalu lintas lebih tinggi dibandingkan pencarian berbayar tradisional, Sehingga AI mendominasi pembelian iklan Digital
- “Selama AI menghasilkan penjualan yang menguntungkan, saya tidak peduli di mana iklan tersebut ditampilkan.” — Ben Kruger, CMO Event Tickets Center Merek pakaian dalam Saxx juga mengakui bahwa Advantage+ dari Meta yaitu AI mendominasi pembelian iklan membantu mereka mengurangi waktu dalam mencari target pasar dan mengatur kampanye, sehingga mereka bisa lebih fokus pada strategi kreatif.
D. Masa Depan AI dalam Periklanan Digital dalam Perjalanannya
AI mendominasi pembelian iklan digital Kedepannya!
Perkembangan AI generatif juga membawa perubahan dalam pembuatan konten iklan. Dengan adanya AI seperti ChatGPT dan DALL·E, pembuatan teks, gambar, hingga video iklan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih kreatif. Selain itu, chatbot dan asisten virtual semakin banyak digunakan dalam iklan, memungkinkan brand untuk berinteraksi langsung dengan audiens melalui platform seperti WhatsApp, Messenger, atau Instagram.
Namun, banyak pemasar, lebih suka memilih di mana iklan berjalan daripada di mana kampanye iklan mereka tidak akan berjalan, karena bahkan daftar 20.000 situs, halaman, dan aplikasi lainnya hanya menyumbang sebagian kecil dari miliaran tempat di mana iklan digital mungkin muncul. (*)