Brand Lokal Naik Daun lewat Storytelling Otentik, Strategi Konten yang Relatable buat Gen Z & Milenial

Brand Lokal bertahan di tengah gempuran brand global yang punya anggaran iklan besar, banyak brand lokal justru berhasil naik daun dan membangun basis pelanggan setia. Rahasianya? Storytelling otentik yang mampu menyentuh hati Gen Z dan Milenial.

Saat ini, konsumen muda tidak hanya membeli produk karena fungsinya saja. Mereka ingin tahu siapa di balik brand tersebut, apa yang diperjuangkan, dan bagaimana produk itu berdampak pada lingkungan atau masyarakat sekitar. Inilah peluang besar bagi brand lokal: menyampaikan nilai dan visi melalui cerita yang jujur dan relevan. Karena bagi Gen Z dan Milenial, belanja bukan cuma soal harga atau gaya tapi juga soal koneksi emosional dan identitas. Brand yang bisa “bercerita” akan lebih mudah menempel di hati mereka, bahkan dibanding brand besar sekalipun.

A. | Kenapa Storytelling Penting Untuk Brand Lokal?

brand lokal

Generasi Z dan Milenial adalah audiens yang tidak mudah percaya iklan. Mereka lebih peduli dengan nilai, makna, dan keaslian di balik produk. Di sinilah storytelling bekerja. Daripada sekadar jualan manfaat produk, brand lokal mulai menceritakan proses, perjuangan, nilai budaya, hingga emosi yang terlibat dalam setiap langkah bisnis mereka.

Contohnya, sebuah brand kopi lokal yang menceritakan bagaimana mereka memberdayakan petani di dataran tinggi dan memilih metode sangrai ramah lingkungan. Atau brand fashion yang menceritakan kisah pengrajin lokal yang membuat produk mereka dengan tangan. Cerita-cerita ini menciptakan koneksi emosional yang membuat Gen Z dan Milenial merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar transaksi.

B. | Konten yang Relatable = Konten yang Menempel

Konten storytelling yang berhasil adalah konten yang relatable dekat dengan kehidupan, keresahan, dan aspirasi audiens. Misalnya:

  • Behind the scene proses produksi yang memperlihatkan kejujuran dan kerja keras.
  • Cerita founder yang memulai bisnis dari nol, penuh perjuangan tapi tetap optimis.
  • Kisah pelanggan yang merasakan perubahan nyata setelah menggunakan produk tersebut.
  • Dialog atau konten naratif yang mengangkat kehidupan sehari-hari khas anak muda urban.

Platform seperti TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts memberi ruang luas untuk menyampaikan storytelling dalam format ringan, pendek, dan engaging. Bahkan banyak brand yang menyatukan storytelling dengan humor, ironi, atau tren pop culture, agar makin nyambung dengan Gen Z dan Milenial.

C. | Elemen Storytelling Otentik yang Wajib Ada

  1. Kejujuran
    Cerita yang dibuat-buat gampang dibaca Gen Z. Mereka menghargai kejujuran, bahkan jika ceritanya sederhana.
  2. Nilai yang Dibawa
    Apakah brand kamu peduli lingkungan? Berdayakan komunitas lokal? Jangan ragu menceritakannya.
  3. Tokoh yang Nyata
    Boleh founder, staf, pelanggan, atau bahkan tokoh fiktif, asal bisa mewakili audiens dan membuat mereka merasa “itu gue banget!”
  4. Format Visual yang Ringan
    Gunakan gaya dokumenter pendek, vlog, atau animasi ringan. Jangan kaku.
  5. Interaksi dengan Audiens
    Ajak audiens ikut serta dalam cerita lewat Q&A, polling, atau konten berbasis UGC (user-generated content).

D. | Studi Kasus: Brand Lokal yang Berhasil

Beberapa brand lokal seperti ERIGO, Janji Jiwa, dan Sejauh Mata Memandang adalah contoh sukses storytelling otentik. Mereka bukan cuma jual produk, tapi menjual pengalaman, nilai, dan cerita.

ERIGO, misalnya, memulai dari clothing kecil yang menjual baju untuk traveler, lalu menceritakan evolusi mereka secara terbuka lewat media sosial. Gen Z menyukai perjalanannya karena terasa nyata dan bisa ditiru.

Sementara Janji Jiwa mengangkat konsep kopi dengan pendekatan lokal yang hangat—dengan jargon seperti “kopi dari hati” dan sering mengangkat cerita-cerita pelanggan atau baristanya.

AI mendominasi pembelian iklan digital

E. | Cerita yang Tulus adalah Mata Uang Baru

Di era digital yang penuh distraksi, cerita yang tulus dan otentik adalah kunci merebut perhatian dan hati Gen Z dan Milenial. Brand lokal yang mampu menyampaikan kisahnya dengan jujur, relevan, dan menyentuh akan lebih mudah membangun hubungan jangka panjang dengan audiensnya.

Storytelling bukan cuma soal kata-kata, tapi juga konsistensi dalam setiap aspek komunikasi brand mulai dari desain, caption, hingga respon di kolom komentar. Konsumen muda ingin merasa didengar dan dilibatkan. Maka dari itu, beranilah bercerita dari hati. Karena ketika kamu membagikan cerita yang benar-benar mencerminkan jati diri brand, itulah saat kepercayaan tumbuh dan dampak jangka panjang tercipta.