Shift dalam Reach dan Iklan TikTok vs Instagram, Apa Artinya bagi Digital Marketer?

Shift dalam Reach dalam dunia digital marketing terus mengalami perubahan signifikan, terutama pada platform media sosial. Dua pemain besar yang kerap dibandingkan adalah TikTok dan Instagram. TikTok yang sempat menguasai pasar dengan format video pendeknya kini mulai menunjukkan tren penurunan dalam jangkauan iklan (ad reach), sementara Instagram justru mengalami peningkatan performa dalam aspek yang sama. Pergeseran ini menandakan adanya shift penting dalam dinamika strategi iklan digital, dan para marketer perlu cermat membaca peluang sekaligus tantangannya.

TikTok: Dari Fenomena Global Menuju Tantangan Baru

shift reach

TikTok melesat cepat menjadi salah satu aplikasi dengan pertumbuhan pengguna paling pesat dalam sejarah media sosial. Format video pendek yang adiktif membuatnya menjadi tempat ideal bagi brand untuk menjangkau audiens muda, khususnya Gen Z.

Namun, laporan terbaru dari beberapa lembaga riset menunjukkan bahwa jangkauan iklan TikTok mengalami penurunan di sejumlah kawasan, termasuk Asia Tenggara. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor:

  1. Kejenuhan audiens – pengguna mulai lebih selektif terhadap konten, sehingga engagement alami berkurang.
  2. Regulasi pemerintah – beberapa negara memperketat aturan terkait privasi data dan konten.
  3. Persaingan internal – banyaknya brand yang beriklan di TikTok menyebabkan tingkat kompetisi meningkat, sehingga CPM (Cost Per Mille) bisa lebih mahal dan tidak sebanding dengan reach yang dihasilkan.

TikTok tetap relevan, tetapi brand perlu berhati-hati agar tidak hanya terpaku pada hype semata.

Instagram: Dari Platform Foto ke Mesin Iklan Multifungsi

Sementara TikTok menghadapi penurunan reach, Instagram berhasil memanfaatkan momentum dengan memperkuat fitur Reels yang mirip TikTok. Data terbaru menunjukkan bahwa jangkauan iklan Instagram justru meningkat. Ada beberapa faktor yang mendukung pertumbuhan ini:

  • Ekosistem Meta: Instagram terhubung langsung dengan Facebook dan WhatsApp, memudahkan integrasi kampanye lintas platform.
  • Targeting yang lebih matang: Meta memiliki data pengguna yang luas dan mendalam, sehingga kemampuan segmentasi iklan lebih presisi.
  • Diversifikasi format: Selain Reels, brand bisa menggunakan Stories, Feed, dan Shopping Ads untuk memperluas jangkauan audiens.

Instagram kini bukan hanya tempat berbagi foto, tapi sudah berkembang menjadi platform belanja, hiburan, dan iklan yang menyatu.

Pergeseran Strategi, Apa yang Harus Dilakukan Brand?

Pergeseran antara TikTok dan Instagram bukan berarti salah satu platform harus ditinggalkan. Justru, marketer perlu menggabungkan kekuatan keduanya dengan strategi yang seimbang. Berikut beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan:

  1. Analisis Audiens
    Tidak semua target pasar aktif di TikTok, dan tidak semua nyaman di Instagram. Gunakan data insight untuk melihat platform mana yang lebih sesuai dengan segmen utama bisnismu.
  2. Optimalkan Konten Sesuai Platform
    Video di TikTok lebih spontan, organik, dan cenderung informal. Sementara di Instagram, visual lebih polished dan aspiratif. Sesuaikan gaya konten agar lebih autentik.
  3. Eksperimen Iklan Lintas Platform
    Cobalah uji A/B untuk melihat performa iklan di kedua platform. Misalnya, iklan awareness di TikTok bisa dilanjutkan dengan iklan retargeting di Instagram.
  4. Investasi pada Kreativitas
    Persaingan iklan semakin ketat. Brand yang mampu menghasilkan konten kreatif, relevan, dan emosional akan lebih mudah memenangkan perhatian audiens, terlepas dari platform.
  5. Pantau Tren & Regulasi
    Perubahan kebijakan privasi, algoritma, atau tren konten bisa terjadi sewaktu-waktu. Fleksibilitas strategi menjadi kunci agar brand tidak tertinggal.
AI mendominasi pembelian iklan digital

Perubahan Jangkauan

Perubahan jangkauan iklan antara TikTok dan Instagram adalah tanda bahwa dinamika media sosial sangat cepat berubah. TikTok masih menjadi wadah penting untuk menjangkau generasi muda, sementara Instagram semakin menguat dengan dukungan ekosistem Meta yang matang.

Bagi digital marketer, tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan strategi di kedua platform: memanfaatkan potensi TikTok untuk engagement organik yang tinggi, sekaligus mengoptimalkan kekuatan iklan Instagram untuk reach yang lebih luas dan terukur.

Dengan pendekatan yang tepat, shift ini bukanlah ancaman, melainkan peluang baru untuk memaksimalkan hasil kampanye digital marketing. (*)