|
Social Commerce Jadi Tulang Punggung Penjualan
Social commerce menjadi acuan cara berpikir penjualan, pola belanja konsumen telah berubah drastis. Jika dulu masyarakat lebih banyak berbelanja di e-commerce konvensional atau marketplace besar, kini media sosial mulai mengambil alih peran penting dalam proses penjualan. Fenomena ini dikenal dengan istilah social commerce. Bukan hanya sekadar tren, social commerce kini menjadi tulang punggung penjualan bagi banyak brand dan UMKM di Indonesia.
A. | Apa Itu Social Commerce?
Social commerce adalah proses jual-beli yang terjadi langsung melalui platform media sosial, seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp. Di sini, media sosial tidak hanya digunakan sebagai kanal branding, tetapi juga sebagai kanal transaksi. Konsumen dapat menemukan produk, mendapatkan rekomendasi dari influencer, hingga langsung melakukan pembelian tanpa harus berpindah aplikasi.
Contoh paling populer saat ini adalah TikTok Shop, di mana video konten kreator bisa langsung dikaitkan dengan produk yang dijual. Hal ini memudahkan konsumen yang terinspirasi untuk membeli saat itu juga.
B. | Kenapa Social Commerce Jadi Tulang Punggung Penjualan?
- Dekat dengan Konsumen
Media sosial adalah tempat orang menghabiskan sebagian besar waktunya. Data menunjukkan bahwa rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 3 jam per hari di media sosial. Kehadiran produk di timeline mereka membuat interaksi jadi lebih natural dan terasa dekat. - Kombinasi Hiburan dan Transaksi
Social commerce menggabungkan konten hiburan (video, live streaming, story) dengan proses transaksi. Konsumen tidak merasa sedang “dijualin”, melainkan mendapatkan pengalaman seru. Misalnya, saat live shopping di TikTok, penonton bisa bertanya langsung, melihat produk, dan membeli hanya dengan sekali klik. - Didukung oleh Influencer dan User Generated Content (UGC)
Konsumen cenderung lebih percaya rekomendasi dari orang lain ketimbang iklan formal. Social commerce memanfaatkan konten kreator dan review nyata untuk membangun kepercayaan. Hal ini memperkuat keputusan pembelian dan membuat produk lebih cepat viral. - Proses Transaksi yang Mudah
Dengan integrasi pembayaran dan logistik, social commerce memotong rantai panjang antara “lihat produk” dan “beli produk”. Hanya dalam hitungan detik, konsumen bisa melakukan pembelian tanpa harus keluar dari aplikasi. - Meningkatkan Konversi dan Penjualan
Karena prosesnya cepat, emosional, dan berbasis interaksi sosial, tingkat konversi penjualan melalui social commerce biasanya lebih tinggi dibanding e-commerce tradisional.
C. | Dampak Social Commerce bagi UMKM
Bagi UMKM, social commerce adalah peluang emas. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk iklan konvensional, cukup dengan strategi konten yang kreatif dan relevan. Live streaming, video pendek, hingga kolaborasi dengan micro-influencer bisa langsung mendongkrak penjualan.
Selain itu, algoritma media sosial membantu menargetkan audiens yang tepat. Produk UMKM bisa muncul di FYP TikTok atau feed Instagram calon pelanggan potensial, meskipun brand tersebut belum terkenal. Hal ini membuat persaingan jadi lebih adil dan peluang UMKM untuk bersaing dengan brand besar semakin terbuka.
D. | Tantangan Social Commerce
Meski menjanjikan, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan:
- Kualitas Konten → Tidak cukup hanya upload produk, tapi harus kreatif, engaging, dan sesuai tren.
- Kecepatan Respon → Karena interaksi terjadi real-time, respon lambat bisa membuat calon pelanggan kabur.
- Kepercayaan dan Transparansi → Penjual harus jujur dalam menampilkan produk agar tidak menimbulkan kekecewaan.
- Kesiapan Logistik → Lonjakan pesanan dari social commerce bisa jadi bumerang kalau stok dan pengiriman tidak dikelola dengan baik.
E. | Masa Depan Social Commerce
Melihat tren yang ada, social commerce diprediksi akan terus berkembang dan menjadi jalur utama penjualan online. Bahkan, banyak analis menyebut bahwa dalam beberapa tahun ke depan, lebih dari 50% transaksi online akan terjadi di platform media sosial.
Brand dan UMKM yang ingin bertahan harus segera mengoptimalkan kehadirannya di kanal social commerce. Dengan strategi yang tepat, social commerce bukan hanya sarana tambahan, melainkan tulang punggung penjualan utama.
F. | Mengubah Wajah Industri Penjualan
Social commerce telah mengubah wajah industri penjualan digital. Kombinasi interaksi sosial, hiburan, dan kemudahan transaksi menjadikannya kanal paling efektif untuk membangun kedekatan dengan konsumen sekaligus meningkatkan penjualan. Bagi UMKM maupun brand besar, social commerce adalah peluang yang tidak boleh dilewatkan.
Jika dulu media sosial hanya sekadar untuk eksis, kini media sosial adalah lapak utama untuk berjualan. Siapa yang mampu menguasai social commerce, dialah yang akan memenangkan pasar di era digital ini