Tren Belanja Online di Indonesia, Masyarakat Dinamis, Personalized & Terus Tumbuh

Tren belanja online di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang impresif. Seiring penetrasi internet dan penggunaan ponsel pintar, cara masyarakat berbelanja pun makin beragam, interaktif, dan berbasis teknologi.

Berikut 6 tren utama yang mendominasi lanskap e‑commerce Indonesia akhir-akhir ini hingga proyeksi 2025.

A. Dominasi Kategori FMCG, Kecantikan & Ibu-Anak

Tren belanja online di indonesia

Tren belanja online di indonesia dari sisi produk, tiga kategori utama yang tumbuh pesat di tahun 2024 adalah FMCG, beauty/personal care, dan kebutuhan ibu-anak. Transaksi pada segmen FMCG melonjak hingga +90,45%, diikuti beauty +62%, dan ibu-anak +35%. Hal ini disebabkan semakin tingginya penggunaan internet sebagai kanal utama membeli kebutuhan harian dikonfirmasi dengan 59% pengguna internet di Indonesia aktif berbelanja online, yang 56% di antaranya dari ponsel

Dulu puncak transaksi online adalah malam hari, namun kini sudah berpindah ke waktu makan siang (~12.00 WIB) dan setelah kerja (~19.00 WIB). Ini menunjukkan bahwa konsumen memanfaatkan sela-sela waktu santainya untuk belanja cepat via smartphone.

Video commerce baik berupa live streaming maupun short video telah menjadi saluran penjualan yang sangat efektif. Di awal 2025, 76% responden Gen Z mengaku pernah berbelanja melalui live shopping, dan 62% benar-benar melakukan transaksi. Sementara itu proyeksi 2025 memperkirakan video commerce akan mendominasi, dengan TikTok Shop dan Shopee Live menghadirkan interaksi direct-to-consumer yang otentik dan responsif.

B. Tren Belanja Online di Indonesia
Social Commerce & Omnichannel

Dalam Tren belanja online di indonesia, Semakin banyak platform e‑commerce yang terintegrasi langsung dengan media social seperti Instagram Shop, TikTok Shop, dan Facebook Shop. Konsumen kini dapat melihat review, interaksi influencer, bahkan melakukan transaksi tanpa meninggalkan aplikasi, menghadirkan pengalaman belanja seperti marketplace plus hiburan sosial. Tren omnichannel juga makin kuat: pembelian online berujung di offline (ambil di toko), atau pembelian di toko dikomplemen dialog via chat dan layanan digital.

AR/VR sudah mulai digunakan untuk “try-on” pakaian atau menempatkan furnitur secara virtual agar konsumen makin yakin membeli . Sementara itu, AI dan machine learning makin pintar memberikan rekomendasi produk berdasarkan preferensi, riwayat, maupun bahkan mood pengguna—membuat pengalaman lebih personal dan engaging.

C. Pembayaran Non-Tunai & PayLater Menguasai

Pembayaran digital kini menjadi norma. E‑wallet (GoPay, OVO, DANA) memimpin dengan 34% pangsa, diikuti virtual account dan PayLater menjulang hingga 37,9% pengguna mengadopsi. QRIS sebagai standar pembayaran telah memfasilitasi transaksi online dan offline secara seamless sejak 2019, dengan 50+ juta pengguna dan 32 juta merchant aktif pada 2024.

D. Pengiriman Super Cepat & Fleksibel

Di kota besar, same-day delivery bahkan 1–2 jam kini jadi standar harapan konsumen . Kolaborasi antara platform dan toko lokal mendukung pengambilan barang instan—semakin menciptakan pengalaman belanja cepat dan efisien.

Konsumen semakin peduli aspek keberlanjutan: pembelian produk ramah lingkungan, daur ulang, dan barang bekas (second-hand) naik, dengan 11,2% konsumen pernah membeli second-hand secara online . Selain itu, kampanye like “tukar-tambah” mulai mendapat traction di platform marketplace.

E. Snake-Eye View: Ekosistem & Peluang

Ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD 90 miliar tahun 2024, dengan
e-commerce sebagai pilar utama. Populasi 281 juta dengan 52% usia produktif dan penetrasi internet tinggi memperkuat peluang inovasi digital. UMKM lokal juga diuntungkan lewat kolaborasi kreator dan live commerce. Misalnya brand outdoor Antarestar mengalami lonjakan penjualan hingga 300% setelah kampanye bersama kreator TikTok dan TikTok Shop.

Namun, risiko juga ada: consumerism impulsif, potensi fraud, dan tekanan keuangan rumah tangga misalnya fenomena ‘makan tabungan’ guna konsumsi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, edukasi keuangan dan regulasi pembayaran online sangat dibutuhkan.

big data
  1. Fokus pada digital-first UX: Perbaiki pengalaman checkout via mobile, quick payment, dan delivery cepat.
  2. Manfaatkan video-commerce: Peluang besar lewat livestream dan influencer untuk meningkatkan konversi.
  3. Personalisasi berbasis AI/AR: Bangun kepercayaan konsumen dengan rekomendasi dan fitur visualisasi.
  4. Tingkatkan keberlanjutan: Tawarkan opsi ramah lingkungan dan barang bekas untuk konsumen cerdas.
  5. Optimalkan omnichannel: Kombinasi kanal offline-online memberikan fleksibilitas maksimal.
  6. Edukasi keuangan konsumen: Sosialisasi penggunaan paylater, budgeting, dan perlindungan transaksi online.

Dengan sinergi teknologi, kreativitas, dan keberlanjutan, e-commerce di Indonesia tidak hanya jadi platform transaksi, tetapi juga bagian dari gaya hidup digital inklusif. Pelaku usaha yang mampu memanfaatkan tren ini berpeluang besar meraih pertumbuhan berkelanjutan.

Kirim Pesan
Butuh bantuan?
Admin Adsqoo
Halo👋
Selamat datang di Adsqoo,

Jika ada yang ingin ditanyakan silahkan hubungi kami melalui tombol dibawah ini 👇

Dengan jam kerja operasional dari jam 08:00 WIB - 17:00 WIB.
Jika melewati jam kerja, dapat menghubungi kami melalui email berikut:
admin@adsqoo.id

Terima kasih!